Tiba saatnya
penaku lelah berdiri
Dan tak
kuatku lagi meneruskan butir-butir kata ini
Yaitu ketika
mengingat yang satu itu, si santri
Yang gemar
bernyanyi, dan tak punya rasa malu seperti
Sungguh, si
supel ini memang pendiam awalnya
Tapi
lihatlah sekarang, seperti pipit yang lepas dari sangkarnya
Maka dia telah berubah menjadi orang yang penuh kegilaan
Yang
membantu menorehkan berjuta kenangan
Yang takkan
pernah kau sesali teman,
Sungguh, percayalah
padaku, kawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar